1. Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk :
I.
Kelahiran (fertilitas)
Kelahiran adalah istilah dalam demografi yang mengindikasikan
jumlah anak yang dilahirkan hidup, atau dalam pengertian lain fasilitas adalah
hasil produksi yang nyata dari fekunditas seorang wanita. Berikun ini
penjelasan mengenai pengukuran fertilitas:
1.
Pengukuran
fasilitas tahunan adalah pengukuran kelahiran bayi pada tahun tertentu
dihubungkan dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Adapun ukuran-ukuran
fertilitas tahunan adalah:
-
Tingkat
Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate )
Adalah banyaknya kelahiran hidup pada satu tahun tertentu tiap 1000
penduduk.
-
Tingkat
Fertilitas Umum (General Fertility Rate )
Adalah jumlah kelahiran hidup per.1000 wanita usia reproduksi (usia
14 14-49 atau 15 15-44 th th) ) pada tahun tertentu.
-
Tingkat
Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate )
Adalah perhitungan tingkat fertilitas perempuan pada tiap kelompok
umur dan tahun tertentu.
-
Tingkat
Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates)
Adalah perhitungan fertilitas menurut urutan kelahiran bayi
bayioleh oleh wanita pada umur dan tahun tertentu.
2.
Pengukuran
fertilitas komulatif adalah pengukuran jumlah rata-rata anak yang dilahirkan
oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia suburnya. Adapun ukurannya
adalah:
-
Tingkat
Fertilitas Total (TFT)
jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan jumlah tiap 1000
penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan tidak ada
seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya dan
tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada priode waktu tertentu.
-
Gross
Reproduction Rates (GRR)
Jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 perempuan sepanjang masa
reproduksinya dengan catatan tdk ada seorang perempuan yg meninggal sebelum
mengakhiri masa reproduksinya.
-
Net
Reproduction Rates (NRR)
Jumlah kelahiran bayi (pr) oleh sebuah kohor hipotesis dari 1000
(pr) dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan para (pr) itu sebelum
mengakhiri mengakhiri masa reproduksinya.
II.
Kematian (Mortalitas)
Kematian adalah
ukuran jumlah kematian umumnya karena akibat yang spesifik pada suatu populasi.
Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per- 1000
individu per-tahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9,5 berarti pada
populasi 100.000 terdapat 950 kematian per-tahun. Berikut sedikit penjelasan
mengenai pengukuran mortalitas :
1. Crude
Death Rate (CDR)
Adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
Adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
2. Age
Specific Death Rate (ASDR)
Adalah jumlah kematian penduduk pd tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur tertentu.
Adalah jumlah kematian penduduk pd tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur tertentu.
3. Infant
Mortality Rate (IMR)
Adalah tingkat kematian bayi
Adalah tingkat kematian bayi
III.
Migrasi (Perpindahan)
Migrasi
adalah peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Dalam banyak kasus organisme bermigrasi untuk mencari sumber cadangan
makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan yang mungkin terjadi karena
datangnya musim dingin atau kerana over populasi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi migrasi :
·
Faktor individu
·
Faktor yang terdapat di daerah asal
·
Faktor yang terdapat di daerah tujuan
·
Rintangan antara daerah asal dan daerah tujuan
Daya
tarik dan daya dorong di daerah asal yang mempengaruhi perpindahan penduduk :
1. Kekuatan
Sentripetal
Adalah kekuatan yang mengikat
orang untuk tinggal di daerah asal, misalnya :
- Terikat tanah warisan
- Menunggu orang tua yang sudah lanjut
- Kegotong royongan yang baik
- Daerah asal merupakan tempat kelahiran nenek moyang mereka.
2. Kekuatan
Sentrifugal
Adalah kekuatan yang mendorong
seseorang untuk meninggalkan daerah asal, misalnya :
·
Terbatasnya peluang pekerjaan
·
Terbatasnya fasilitas pendidikan
2. Perkembangan
Kebudayaan di Indonesia.
I.
Kebudayaan pada Zaman Batu
Disebut
kebudayaan batu karena alatnya terbuat dari batu, yang terdiri dari zaman
Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum.
Kebudayaan
zaman batu sampai dengan zaman modern
Pada zaman Batu Besar dikenal kebiasaan-kebiasaan berikut.
1.
Pemujaan
matahari
Di Indonesia,
matahari dipuja sebagai matahari, bukan sebagai dewa matahari seperti di
Jepang.
2.
Pemujaan
dewi kesuburan
Dapat kita
lihat di candi Sukuh dan candi Ceto sebagai lambang kesuburan. Di Jawa, pada
umumnya Dewi Sri dipuja sebagai dewi kesuburan dan pelindung padi.
3.
Adanya
keyakinan alat penolak bala (tumbal)
Biasanya dengan
menanam kepala kerbau di tengah bangunan atau tempat tertentu, maka akan
terlindungi dan terbebas dari marabahaya.
4.
Adanya
upacara ruwatan
Upacara ruwatan adalah upacara untuk
mengembalikan orang atau masyarakat kepada kedudukan yang suci seperti semula,
misalnya, anak tunggal, anak kembar, pandawa lima, dan bersih desa.
a. Kebudayaan Batu Tua (Paleolitikum)
Disebut kebudayaan Batu Tua sebab alat peninggalannya dari batu
yang masih kasar atau belum dihaluskan. Pendukung kebudayaan ini adalah manusia
purba. Berdasarkan daerah penemuannya, kebudayaan Batu Tua dibedakan menjadi
kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
1) Kebudayaan Pacitan
Disebut kebudayaan Pacitan sebab hasil budayanya terdapat di daerah
Pacitan (Pegunungan Sewu, Pantai Selatan Jawa). Alat yang ditemukan berupa
chopper (kapak penetak) atau disebut kapak genggam. Pendukung kebudayaannya
adalah Pithecanthropus erectus dan budaya batu ini disebut stone culture.
Selain tempat di atas, alat
Paleolitikum ini juga ditemukan di Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatra Selatan).
2) Kebudayaan Ngandong
Disebut kebudayaan Ngandong sebab hasil kebudayaannya ditemukan di
Ngandong, Ngawi Jawa Timur. Di sini juga ditemukan kapak seperti di Pacitan dan
juga kapak genggam, sedangkan di Sangiran ditemukan batu flakes dan batu
chalcedon yang indah. Di Ngandong ditemukan juga alat dari tulang maka disebut
bone culture. Pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo soloensis dan Homo
wajakensis. Penghidupan mereka masih mengumpulkan makanan (food gathering).
Mereka mencari makanan dari jenis ubi-ubian dan berburu binatang.
b.
Kebudayaan Batu Tengah (Mesolitikum)
Zaman
Mesolitikum terjadi pada masa Holosen setelah zaman es berakhir. Pendukung
kebudayaannya adalah Homo sapiens yang merupakan manusia cerdas. Penemuannya
berupa fosil manusia purba, banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Flores.
Manusia zaman Mesolitikum hidup di gua-gua, tepi pantai, atau
sungai, disebut dalam bahasa Denmark, kjokkenmoddinger (bukit sampah = bukit
kerang), yang banyak ditemukan di pantai timur Sumatra. Penemuan alatnya adalah
pebble disebut juga kapak Sumatra), kapak pendek (hache courte), dan pipisan
(batu penggiling). Selain tempat-tempat di atas, juga terdapat abris sous roche
(gua sampah) di Gua Sampung, (Ponorogo, Jawa Timur), Pulau Timor, Pulau Roti,
dan Bojonegoro (tempat ditemukannya alat dari tulang).
c. Kebudayaan Batu Muda (Neolitikum)
Disebut kebudayaan Batu Muda (Neolitikum) sebab semua alatnya sudah
dihaluskan. Mereka sudah meninggalkan hidup berburu dan mulai menetap serta
mulai menghasilkan makanan (food producing). Mereka menciptakan alat-alat
kehidupan mulai dari alat kerajinan menenun, periuk, membuat rumah, dan
mengatur masyarakat. Alat yang dipergunakan pada masa ini adalah kapak persegi
dan kapak lonjong. Daerah penemuan kapak persegi di Indonesia bagian barat
adalah di Lahat (Sumatra), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan, dan
Lereng Gunung Ijen. Adapun kapak lonjong banyak ditemukan di Indonesia bagian
timur, seperti di Papua, Tanimbar, Seram, Serawak, Kalimantan Utara, dan Minahasa.
d. Kebudayaan Batu Besar (Megalitikum)
Disebut
kebudayaan Megalitikum sebab semua alat yang dihasilkan berupa batu besar.
Kebudayaan ini kelanjutan dari Neolitikum karena dibawa oleh bangsa Deutero
Melayu yang datang di Nusantara. Kebudayaan ini berkembang bersama dengan
kebudayaan logam di Indonesia, yakni kebudayaan Dongson. Ada beberapa alat dan
bangunan yang dihasilkan pada zaman kebudayaan Megalitikum.
1) Menhir
Menhir adalah tiang tugu batu besar yang berfungsi sebagai tanda
peringatan suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang.
Daerah penemuannya di Sumatra Selatan dan Kalimantan.
2) Dolmen
Dolmen adalah meja batu besar yang biasanya terletak di bawah
menhir tempat meletakkan sesaji. Daerah temuannya di Sumba, Sumatra Selatan,
dan Bondowoso (Jawa Timur).
3) Keranda (sarkofagus)
Keranda adalah peti mati yang dibuat dari batu. Bentuknya seperti
lesung dan diberi tutup dari batu. Daerah temuannya di Bali.
4) Peti kubur batu
Peti
kubur batu merupakan kuburan dalam tanah yang sisi-sisi, alas, dan tutupnya
diberi papan dari lempeng batu. Peti kubur batu ini banyak ditemukan di
Kuningan, Jawa Barat.
5) Punden berundak
Punden berundak merupakan bangunan dari batu yang disusun
bertingkat-tingkat (berundak-undak). Fungsinya sebagai bangunan pemujaan roh
nenek moyang yang kemudian menjadi bentuk awal bangunan candi. Bangunan punden
berundak adalah bangunan asli Indonesia.
6) Waruga
Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat. Waruga
biasanya dibuat dari batu utuh. Daerah temuannya di Sulawesi Tengah dan Utara.
7) Arca
Arca-arca
megalit merupakan bangunan batu besar berbentuk binatang atau manusia yang
banyak ditemukan di dataran tinggi Pasemah, Sumatra
Selatan yang menggambarkan sifat dinamis. Contohnya Batu Gajah, sebuah patung
batu besar dengan gambaran seorang yang sedang menunggang binatang dan sedang
berburu.
II.
Kebudayaan pada Zaman Modern
Masa
modern ditandai dengan perkembangan pesat di bidang ilmu
pengetahuan, politik,
dan teknologi.
Dari akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, seni modern, politik, iptek, dan budaya tak hanya
mendominasi Eropa Barat dan Amerika
Utara, namun juga hampir setiap jengkal daerah di dunia. Termasuk berbagai
macam pemikiran yang pro maupun yang kontra terhadap dunia Barat.
Peperangan brutal dan masalah lain dari masa ini, banyak diakibatkan dari
pertumbuhan yang cepat, dan hubungan antara hilangnya kekuatan norma agama dan
etika tradisional. Hal ini menimbulkan banyak reaksi terhadap perkembangan
modern. Optimisme dan kepercayaan dalam proses yang berjalan di tempat telah
dikritik oleh pascamodernisme sementara
dominasi Eropa Barat dan Amerika Utara atas benua lain telah
dikritik oleh teori pascakolonial. Contoh-contoh
menurut unsur-unsur kebudayaan :
1. Bahasa,
terdiri dari bahasa lisan, bahasa tertulis, dan naskah kuno.
2. Sistem
Pengetahuan, meliputi teknologi dan kepandaian dalam hal tertentu, misalnya
pada masyarakat petani ada pengetahuan masa tanam, alat pertanian yang sesuai
lahan, pengetahuan yang menentukan proses pengolahan lahan.
3. Organisasi
Sosial, yaitu cara-cara perilaku manusia yang terorganisir secara sosial
meliputi sistem kekerabatan, sistem komunitas, sistem pelapisan sosial, dan
sistem politik.
4. Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi, yaitu alat-alat produksi, senjata, peralatan
distribusi dan transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi, pakaian
dan perlengkapannya, makanan dan minuman, peralatan perlindungan atau istirahat
5. Sistem
Mata Pencaharian Hidup, yaitu dari nomaden menganut foodgathering, semi
producing, food producing hingga industri. Misalnya perburuan, perladangan,
perkebunan, pertanian, peternakan, perdagangan dan industry
6. Sistem Religi,
yaitu adanya keyakinan dan gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, ruh-ruh halus, dan
tempat terakhir manusia hidup, yakni surga dan neraka.
7. Kesenian,
yaitu gagasan, dongeng, dan penciptaan lain berupa seni-seni mengukir.
SEJARAH
MUNCULNYA MODERNISME
Pertama, Eropa klasik. Pada masa ini Eropa adalah
suatu kawasan yang didominasi oleh peradaban Yunani (abad ke-8 SM sampai abad
ke-6 SM) dan Romawi Kuno (abad ke-10 SM sampai abad ke-5 M). Masyarakat Yunani
kuno mewariskan ilmu filsafat yang menekankan pada rasionalitas, demokratisasi,
dan logika berpikir bebas. Sementara peradaban Romawi kuno, telah meletakkan
dasar-dasar kenegaraan dan peradaban modern bagi bangsa Eropa saat ini.
Kedua, Eropa pertengahan. Dimulai saat jatuhnya
Romawi Barat yang kemudian dipersatukan kembali oleh Raja Charlemagne dari
Franka pada abad ke-5 M sampai jatuhnya Konstatinopel di Romawi Timur di abad
ke-14 M. Pada masa pertengahan ini, pengaruh agama Kristen sangat dominan dan
menancapkan kekuasaan di semua sektor kehidupan, termasuk pemerintahan.
Karenanya, masa ini disebut dengan masa kegelapan (the dark age) bagi
bangsa Eropa. Agama menjadi corong kekuasaan dan membelenggu kreativitas akal
pikir manusia. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat disemua
ranah kehidupan, termasuk urusan politik.
Ketiga, Eropa modern atau zaman modern. Pada masa
ini lahir sebuah gerakan yang sering disebut dengan dengan gerakan “renaisans”.
Renaisans yaitu kembalinya budaya Yunani kuno dan Romawi kuno yang merupakan
benih zaman modern. Gerakan renaisans dipelopori oleh para humanis . gerakan
renaisans merupakan titik tolak kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Gerakan lain yang mempengaruhi zaman modern adalah
gerakan “aufklarung” yang muncul di abad ke-18. Zaman ini disebut
“pencerahan” karena tergantikannya “iman yang membeleggu” dengan keunggulan
rasio yang diyakini mampu membawa manusia pada kebenaran dan kebahagiaan hidup.
PENGARUH
MODERNISME TERHADAP MANUSIA
Bicara modernisasi tak terlepas dari pembicaraan
sekularisme, yakni segala upaya untuk membungkam dan mengenyampingkan peran dan
nilai-nilai agama dari ruang publik, sehingga peran dan nilai-nilai itu hanya
diserahkan kepada masing-masing individu, bahkan pada titik yang paling ekstrim
menolak adanya Tuhan. Menurut Naquid Al-Attas, adalah pembebasan manusia dari
agama dan kemudian metafisika atau pembebasan alam dari nada-nada keagamaan.
Proses akulturasi di Negara-negara berkembang
tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal,
dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada
dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity
enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur
kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif.
Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha
merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir belum
mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf
akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan,
kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf,
tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi
masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam
(Bakker; 1984).
Apakah kebudayaan Barat modern
semua buruk dan akan mengerogoti Kebudayaan Nasional yang telah ada? Oleh
karena itu, kita perlu merumuskan definisi yang jelas tentang Kebudayaan Barat
Modern. Menurut para ahli kebudayaan modern dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
A. Kebudayaan
Teknologi Modern
Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan
Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern
merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis
Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah
menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat,
misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu
yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian
hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu
kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan
dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup
masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam
peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan
hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.
Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif.
Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak.
Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang
Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam
Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau
memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka
masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental.
B. Kebudayaan
Modern Tiruan
Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan
sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern
Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan
teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan
simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang
internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried
Chicken (KFC).
Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi
oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan,
duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan modern,
meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang;
semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan batin.
Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa
asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia
modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun
terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita
semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan
pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak
memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan
tiruan, blasteran.
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah
Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin
menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern
Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu
dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan
tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan
karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap
gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
C. Kebudayaan-Kebudayaan
Barat
Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan
dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk
Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci
vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas
kebudayaan lain, akan tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman,
bahkan barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas
mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan
itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.
Orang
yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan
demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti
bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera
estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya,
apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992).
3.
Pengertian Individu, Keluarga dan
Masyarakat.
I.
Urbanisasi
Perpindahan
penduduk dari desa
ke kota. Urbanisasi
adalah persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan
menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan
jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan,
penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus
segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda
dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya
salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam,
yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk. Migrasi penduduk adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di
kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya
bersifat sementara saja atau tidak menetap.
Untuk
mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang
biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi
media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh
tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong
seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau
faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada
dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan
dari pedesaaan ke perkotaan, yaitu sebagai berikut :
A. Faktor
Penarik Terjadinya Urbanisasi
- Kehidupan kota yang lebih modern
- Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
- Banyak lapangan pekerjaan di kota
- Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
B. Faktor
Pendorong Terjadinya Urbanisasi
- Lahan pertanian semakin sempit
- Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
- Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
- Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
- Diusir dari desa asal
- Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
C.
Keuntungan Urbanisasi
- Memoderenisasikan warga desa
- Menambah pengetahuan warga desa
- Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
- Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
D. Akibat
urbanisasi
- Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota
- Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)
- Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
- Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan criminal
II.
Urbanisme
Urbanisme Dalam kepustakaan geografi
pandangan seorang geografiwan terhadap “urbanisasi” ini ialah sebuah kota
sebagai sesuatu yang integral, dan untuk memiliki pengaruh atau merupakan unsur
yang dominan dalam sistem keruangan yang lebih luas tanpa mengabaikan adanya
jalinan yang erat antara aspek politik, sosial dan aspek ekonomi dengan wilayah
di sekitarnya. Jadi dalam hal ini istilah atau pengertian urbanisasi dikaitkan
dengan proses terbentuknya kota dan perkembangannya, sedang istilah “urbanisme”
dikaitkan dengan perilaku hidup atau cara hidup di kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar