I.
Pertumbuhan Penduduk
Dalam 10 Tahun Terkahir
Laju pertumbuhan
penduduk Indonesia yang dihitung berdasarkan jumlah kelahiran dari wanita usia
subur dalam kurun 10 tahun terakhir ternyata tidak menurun. Mengacu data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2012, laju pertumbuhan penduduk
mencapai 1,5%, jauh dari angka ideal yang semestinya di bawah 1%.
Memang 10 tahun
lalu, lewat program Keluarga Berencana (KB) sudah ada upaya menekan rata-rata
jumlah anak yang lahir dengan mengurangi ratarata kelahiran usia wanita subur
15–29 tahun atau total fertility rate (TFR) pada
berkurang dari 2,6 menjadi 2,1. Sayang, cita-cita tersebut pupus, karena pada
tahun 2013 angka TFR masih pada kisaran 2,6. Angka ini tidak bergerak sejak 10
tahun yang lalu.
Pada tahun 2014
tinggal tersisa beberapa bulan lagi, artinya hampir mustahil target 2,1
tersebut bisa tercapai. Sekadar memberi gambaran, jika saja target TFR 2,1
tercapai maka bisa disebut ratarata satu keluarga mempunyai dua anak. Angka dua
anak adalah target ideal program KB. Namun kalau TFR mandek pada kisaran 2,6.
Atau punya tiga anak.
Padahal,
tingginya TFR berkorelasi dengan angka kematian ibu (AKI) hamil atau
melahirkan. Data SDKI kembali menyebutkan, AKI di Indonesia mencapai 359 orang
per 100.000 kelahiran. Ini tertinggi dibandingkan dengan negaranegara ASEAN
lainnya. Di Vietnam, angka AKI cuma 50 orang per 100.000 kelahiran. Atas
kondisi ini, saya menyebut dinamika kependudukan di Indonesia sudah “lampu
merah”.
Bayangkan, dengan angka jumlah penduduk Indonesia yang saat ini
mencapai sebesar 240 juta. Jika trennya masih seperti ini, diperkirakan pada
2030 jumlah penduduk kita mencapai 340-400 juta. Tidak hanya masalah kesehatan,
di masa mendatang pastinya ledakan penduduk yang tidak wajar akan menciptakan
berbagai persoalan pelik seperti, krisis pangan, keterbatasan lahan tempat
tinggal, kerusakan lingkungan, tingginya angka kriminalitas.
Angka Kematian Penduduk
Angka
Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR) merupakan salah satu indikator
kematian yang menghitung secara kasar rata-rata kematian yang terjadi pada
tahun tertentu terhadap 1.000 penduduk pada tahun yang sama. Sepanjang kurun
waktu 2000-2012, terjadi penurunan angka kematian kasar (CDR), yaitu dari 4,48
per 1.000 penduduk menjadi 3,72 kematian per 1.00penduduk.
NO
|
INDIKATOR
|
TAHUN
2000
|
TAHUN
2012*)
|
||||
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
JUMLAH
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
JUMLAH
|
||
1
|
CDR
|
-
|
-
|
4,48
|
3,72
|
||
2
|
IMR
|
26,00
|
19,00
|
22,00
|
16
|
11
|
14
|
3
|
e0
|
69,90
|
73,78
|
71,90
|
72,8
|
76,5
|
74,7
|
Penurunan CDR ini tidak
terlepas dari berbagai program dan kebijakan pemerintah dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kebijakan ini antara lain dilakukan
dengan membangun fasilitas kesehatan yang memadai, termasuk yang dikelola oleh
masyarakat dan pihak swasta.
Selain itu perbaikan
lingkungan perumahan dan permukiman, termasuk sanitasi lingkungan, pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga, pengelolaan drainase, dan peremajaan permukiman
kumuh, turut memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menekan angka
kematian secara umum.
Migrasi Penduduk
Migran masuk selama hidup di Provinsi DKI Jakarta
pada menurut golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2000 tercatat sebanyak 2.749,3 ribu jiwa, dan pada
tahun 2011 adalah sebesar 4.354,06 ribu jiwa atau sekitar 32,8 persen dari
total penduduk DKI Jakarta yang tidak dilahirkan di ibukota tetapi di daerah
lainnya, tetapi pada tahun 2012 jumlah migran masuk selama hidup di Provinsi
DKI Jakarta 4.333,86 ribu jiwa dari total penduduk DKI Jakarta sebesar 9.932.063 jiwa, dari jumlah tersebut sebanyak 2.179,26 ribu jiwa
atau sebanyak 21,49 persen adalah laki-laki dan sebanyak 2.154,59 ribu jiwa atau
sekitar 21,69 persen adalah berjenis kelamin perempuan. Apabila dibandingkan
dengan tahun 2011 jumlah migran masuk laki-laki selama hidup adalah sebesar
2.202,09 ribu jiwa dan sebanyak 2.151,96 ribu jiwa adalah migran perempuan,
maka terdapat penurunan sebanyak 22.827 jiwa untuk migran laki-laki apabila
dibandingkan dengan tahun 2012 dan terjadi peningkatan sebanyak 2.635 jiwa
migran perempuan apabila dibandingkan dengan tahun 2012. Keberadaan migran anak-anak di ibukota pada tahun 2011 maupun tahun 2012 serta
tahun-tahun sebelumnya umumnya
karena mereka mengikuti kepindahan orang tuanya ke Jakarta. Sedangkan migran
remaja yang datang ke DKI Jakarta, selain karena mengikuti kepindahan orang
tuanya juga disebabkan karena melanjutkan pendidikan di Jakarta.
II.
Alasan dan Faktor Terjadinya Urbanisasi di
Indonesia
Alasan terjadinya urbanisasi di Indonesia karena adanya suatu daerah yang
mempunyai daya tarik, sehingga orang-orang pendatang semakin banyak. Berikut
adalah faktor-faktornya:
A.
Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
-
Kehidupan kota yang lebih modern
-
Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
-
Banyak lapangan pekerjaan di kota
-
Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik
dan berkualitas
B. Faktor Pendorong
Terjadinya Urbanisasi
-
Lahan pertanian semakin sempit
-
Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
-
Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan
di desa
-
Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
-
Diusir dari desa asal
-
Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar